Minggu, 16 November 2014

Learning How to learn.....

Perubahan paradigma pendidikan dari "Teacher-centered" ke "Student-centered" menuntut pengembangan didaktik metodik dalam pedagogi yang dilakukan oleh guru atau pendidik di kelas. Para pendidik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan pedagogik, bagaimana mengaktifkan siswa di kelas. demikian juga para pendidik harus memiliki kompetensi akademik dan profesional agar dapat mendorong terjadi proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Lebih lanjut para pendidik juga dituntut menjadi fasilitator dan mediator bagi siswanya agar dapat membelajarkan siswa (learning how to learn). Konsep learning how to learn dapat terjadi apabila siswa dapat memantau dan mengarahkan pembelajarannya secara mandiri

Agar terjadi "learning how to learn" maka diperlukan persyaratan, sebagai berikut:
a. Siswa menetapkan tujuan untuk setiap tugas belajarnya, memonitor kemajuan siswa menuju tujuan, dan menyesuaikan pendekatan yang dilakukan siswa untuk berhasil menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah.
b. Siswa mengetahui dan dapat menerapkan berbagai kemampuan belajar dan strategi untuk memenuhi tuntutan tugas yang diterimanya.
c. Siswa dapat memantau pemahaman saat mereka belajar, mengenali ketika mendapatkan kesulitan atau mengalami kendala, mendiagnosis hambatan untuk keberhasilan mereka, dan memilih strategi yang tepat untuk bekerja .
d. Siswa bekerja dengan baik secara mandiri, tetapi dapat meminta bantuan ketika mereka membutuhkannya.
e. Siswa secara rutin merenungkan pengalaman belajar nya dan menerapkan wawasan untuk situasi berikutnya.
 f.Siswa menyadari kekuatan dan kelemahan mereka, dan mengantisipasi perlu bekerja lebih keras pada kegiatan berikutnya.
g. Siswa mengidentifikasi dan bekerja menuju belajar seumur hidup dan tujuan akademik.
h. Siswa menikmati dan mencari pembelajaran mereka sendiri dan dengan orang lain.
i. Siswa mengantisipasi dan siap untuk memenuhi harapan perubahan di berbagai lingkungan akademik, profesional dan sosial.
j. Siswa menunda kepuasan dari belajar yang telah dilakukannya, kembali fokus setelah mendapat tantangan atau gangguan, dan mempertahankan momentum sampai mereka mencapai tujuan.
k. Siswa menggunakan kegagalan dan kemunduran sebagai kesempatan untuk umpan balik dan menerapkan pelajaran untuk meningkatkan upaya-upaya perbaikan di masa depan.
l. Siswa peduli tentang kualitas pekerjaan yang dilakukannya dan melakukan upaya ekstra untuk melakukan hal-hal secara menyeluruh dan baik.
m. Siswa terus mencari cara baru untuk mempelajari materi yang menantang atau memecahkan masalah yang sulit.

Belajar lebih dalam (deeper learning) menuntut siswa untuk mengembangkan sikap positif dan keyakinan tentang diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan karya akademik. Pola pikir akademik adalah komponen motivasional yang mempengaruhi keterlibatan siswa dalam belajar. Pada gilirannya, keterlibatan dalam belajar lebih dalam memperkuat pola pikir akademik yang positif. Siswa dengan pola pikir akademis yang kuat, daapt menjadi pendorong upaya untuk belajar dan bertahan dalam menghadapi berbagai kesulitan. Para siswa yang melakukan belajar lebih dalam (deeper learning) akan menggunakan strategi kognitif, metakognitif, dan self-regulatory, karena mereka peduli tentang belajar dan tujuan dalam melakukan apa yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan.
 (Sumber: DEEPER LEARNING COMPETENCIES,Educational
Policy Improvement Center (EPIC), 2011)

1 komentar: