Selasa, 10 November 2015

Menyoal Kualitas Pendidikan IPA

       Penulis merasa terhentak setelah membaca laporan yang diterbitkan oleh organisasi pendidikan dunia,  Organization for Economic and Cooperation Development (OECD), tentang hasil Tes yang dilakukan oleh The Programme for International Student Assesement (PISA) tahun 2012, ternyata Indonesia berada di ranking 64 dari 65 negera peserta yang ikut tes PISA tersebut. Indonesia berada satu peringkat di atas Peru, dan jauh dari peringkat negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand apalagi dibandingkan dengan Vietnam. Sebagai catatan kemampuan literasi sains siswa-siswi kita, pada tahun 2000 dimana pertama kalinya PISA diselanggarakan, Indonesia berada di peringkat 39 dari 41 negara, pada tahun 2003 berada di peringkat 38 dari 40 negara, pada tahun 2006 berada pada peringkat 50 dari 57 negara, pada tahun 2009 berada pada peringkat 60 dari 65 negara, dan terakhir pada tahun 2012 Indonesia berada diperingkat 64 dari 65 negara. Berdasarkan catatan tersebut, menunjukkan kemampuan literasi sains putra putri kita terus menurun dari tahun ke tahun. Ada apa gerangan dengan pembelajaran IPA Sekolah menengah tingkat pertama di negeri ini...???
         Walaupun hasil tes PISA bukan satu-satunya indikator tentang kualitas pendidikan IPA di Indonesia tertutama di jenjang pendidikan tingkat pertama (SMP) dan sederajat, namun ini menjadi satu gambaran sekaligus tamparan bagaimana literasi sains siswa siswi kita masih jauh dari harapan. 
       Hasil tes PISA harus menjadi umpan balik, untuk evaluasi menyeluruh tentang sistem pendidikan di Indonesia, khususnya tentang pendidikan IPA. Kita tidak perlu menyalahkan salah satu atau dua pihak tertentu, dan kita tidak bisa mengkambing hitamkan pemerintah dalam hal ini Kemendikbud, seluruh stakholder pendidikan harus mau mengkoreksi dan mengevaluasi sistem pendidikan yang telah berjalan selama ini.
         Sistem pendidikan yang dimaksud adalah berbagai aspek yang mendukung terhadap ketelksaanya pendidikan, seperti unsur Kurikulum, input pendidikan guru, kualitas pembelajaran, kompetensi guru, sarana pembelajaran, sistem evaluasi, dsb.. Mari kita evaluasi satu persatu komponen tersebut. Pada komponen apa yang menjadi kewenangan masing-masing. Segeralah perbaiki untuk meningkatkan kuliatas pendidikan IPA di tanah air. KIta belum terlambat.. Semua stakeholder pendidikan, baik pemerintah, swasta, masyarakat, pengelola pendidikan, LPTK, perguruan tinggi dan komponen bangsa lainnya harus mau mengubah pradigma dan cara berpikir kita dalam memandang pendidikan sebagai sarana memanusiakan manusia..