Jumat, 02 Mei 2014

BEHAVIORISTIK VERSUS KOGNITIF


Para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda tentang proses belajar yang terjadi pada anak didik. Satu pihak berpandangan bahwa belajar  merupakan proses perubahan tingkah laku, sehingga hasil belajar adalah sesuatu yang dapat diamati dengan indera manusia langsung tertuangkan dalam tingkah laku yang kita kenal sebagai teori belajar Behavioristik atau yang menganut paham behaviorisme. Kelemahan teori belajar ini diantaranya adalah tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks  dan  tidak semua hasil belajar dapat diamati dan diukur  secara langsung.
Sementara pihak lain berpandangan bahwa belajar  merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia, yaitu proses perubahan “skemata” atau struktur kognitif seserang dalam pikiran melalui konsepsi terhadap objek atau kejadian, yang kita kenal sebagai teori belajar kognitif atau yang beraliran kognitivisme. Kelemahan teroi belajar ini diantaranya adalah” Teori inia sukar dipraktekkan, karena tidak mungkin memahami  “struktur kognitif” yang ada dalam setiap siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
 Sebenarnya mana yang terbaik apakah teori belajar behavioristik atau kognitif....???
Apa sebenarnya fungsi Teori belajar itu...? Dan apa hakikat belajar itu..?
Definisi “Teori” sendiri merupakan  kumpulan proposisi-proposisi  yang terintegrasi secara sintaktikal, yaitu mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan yang lain. Teori dapat digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati. Manfaat Teori belajar dalam praktik pendidikan diantaranya adalah:  Dapat membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar, membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif , membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajarannya, menjadi panduan guru untuk mengelola kelas, membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai, membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa  sehingga dapat mencapai prestasi  maksimal.
Belajar sendiri hakikitnya dalah proses perubahan pikiran, sikap dan perilaku seseorang melalui serangkaian pengalaman dan pengamatan tehadap objek atau kejadian yang menuju pada hal yang lebih baik (positif). Seseorang belajar ditandai dengan adanya perubahan:  tadinya tidak tahu menjadi tahu, tadinya bodoh menjadi pintar, tadinya terbelakang menjadi maju, tadinya malas menjadi rajin, tadinya jahat menjadi soleh, tadinya pemarah menjadi penyabar,  tadinya tidak terampil menjadi terampil, tadinya tidak yakin menjadi yakin akan kebesaran Ilahi dan banyak lagi tanda-tanda orang yang mengalami proses “belajar”.
Jadi apapun teori belajar yang diterapkan dalam proses pembelajaran, tidak menjadi persoalan, yang penting tujuan dan prinsip belajar dapat tercapai. Karena masing-masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan, maka seyogyanya seorang guru dapat secara arif menerapkan teori belajar sesuai dengan karkteristik siswa dan konten atau materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar