Senin, 14 Juli 2014

PENGETAHUAN METAKOGNITIF



Apa pengetahuan metakognitif itu..??
Apakah metakognisi seorang siswa dapat menuntut keberhasilan dalam proses belajar nya..?

Dalam taksonomi pendidikan Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001), menyatakan bahwa terdapat dua dimensi utama tujuan dan kompetensi pendidikan yaitu jenis pengetahuan kognitif dan proses kognitif itu sendiri. Jenis pengetahuan kognitif terdiri atas: 1) pengetahuan faktual, yaitu pengetahuan tentang fakta-fakta, kejadian dan peristiwa yang terjadi, 2) pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan suatu konsep, pinsip, dan teori-teori tentang peristiwa atau kejadian yang terjadi, 3) pengetahuan prosedural, yaitu  pengetahuan yang berhubungan dengan prosedur atau cara kerja suatu operasi tertentu yang berhubungan dengan kejadian dan peristiwa, dan 4) pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan tentang regulasi diri dan kesadaran akan kemampuan diri sendiri.
Metakognisi merupakan istilah yang sering diperbincangkan dalam dunia pendidikan.  Apa sebenarnya metakognisi itu? Metakognisi merupakan kognisi, yang terjadi dalam pikiran atau mental seseorang yang selalu digunakan dalam aktivitas yang kita lakukan sehari-hari. Metakognisi membantu kita menjadi pembelajar yang baik, karena berhubungan dengan intelegensi kita (Livingston, 1997).
  Beberapa ahli pendidikan memberikan pengertian metakognisi sebagai thinking about thinking, atau berpikir tentang proses berpikir itu sendiri. Selanjutnya Livingston (1997) menyatakan bahwa metakognisi merupakan proses berpikir tingkat tinggi yang melibatkan kontrol aktif terhadap proses kognitif yang terlibat dalam pembelajaran. Aktivitas seperti perencanaan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan penyelesaian tugas yang diberikan, pada dasarnya adalah aktivitas metakognitif. Metakognisi memainkan peran penting dalam pembelajaran, maka penting bagi kita untuk mempelajari aktivitas metakognitif siswa dan perkembangannya untuk dapat menentukan bagaimana siswa belajar, agar proses kognitifnya lebih baik.
  Flavell (1979) sebagai pencetus istilah metakognisi mengungkapkan bahwa metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) dan pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Pengetahuan metakognitif merujuk pada pengetahuan tentang proses-proses kognitif dan pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif, sedangkan pengalaman metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif. Pengetahuan metakognitif terbagi dalam tiga variabel, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri (person), pengetahuan tugas kognitif (task), dan pengetahuan strategik (strategy) (Livingston, 1997).
Tacassu Project (2008) memberikan pengertian kemampuan metakognitif sebagai kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan, yang mencakup kemampuan sebagai berikut:
1)       Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.
2)     Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar.
3)     Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide yang baru.
4)  Mengidentifikasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai sumber belajar.
5)      Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.
6) Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok.
7)   Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu.
8)     Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.
Jadi berdasarkan paparan di atas, pengethuan metakognitif sangatlah penting dimiliki atau dikuasai oleh seorang pebelajar,  agar ia dapat mengatur proses dan merencanakan belajarnya hingga sukses. Hal ini harus terus dimonitor dengan membuat semacam daftar inventori kesadaran metakognitif, sehingga siswa dapat mengevaluasi sejauh mana kemampuan dan kesadaran metakognitifnya, secara kontinyu. Para guru dapat menggunakan  Metacognitive Awareness Inventory dari  Schraw & Dennison (1994) untuk mengetahui kemampuan dan sejauh mana pengetahuan metakognitif peserta didiknya. 
(Disarikan dari Skripsi Rizky, 2014)

1 komentar: