Senin, 28 April 2014

Belajar bermakna (Meaningful learning)...

Selaku guru atau pendidik kita sering menemukan kasus, anak didik kita terutama yang dialami pribadi pada mahasiswa bila ditanya berulang pada konsep yang sama tidak tahu jawaban. Padahal mereka sudah belajar IPA atau belajar biologi sejak SD, SMP, SMA, kalau dihtung-hitung ada yang sudah belajar 15 tahun. Tetapi seoralh-olah belajar itu laksana melukis dalam air, tiada berbekas, terutama dari sisi pengetahuan atau kognitif. Mulai dari mengingat (remember) sampai kemampuan analisis dan evaluasi masih jauh dari harapan. Apa yang salah dengan sistem pengajaran IPA di negeri ini...??
Menurut beberapa pakar pendidikan tipe belajar meliputi 4 jenis, yaitu: 1) belajar hanya menerima saja (reception learning), 2) belajar penemuan (discovery leraning), 3) belajar hapalan (rote leraning) dan 4) belajar bermakna (meaningful learning).
Apa hakikat belajar bermakna itu...? Belajar bermakna bukan hanya sisi daya ingat (retensi) yang tinggi, tetapi seseorang yang bermakna belajarnya, mereka mampu mengkaitkan satu konsep-dengan konsep lainnya. Misalnya dalam IPA konsep biologi, pasti berhubungan dengan konsep fisika dan kimia. Jadi kalau mahasiswa biologi ditanya tentang proses respirasi sel, merekea bisa mengkaitkannya dengan prinsip reaksi kimia, prinsip prubahan entalpi, prinsip perubahan energi dsb. Demikian pula seseorang yang bermakna belajarnya akan bisa mengaplikasikan pengetahuannya dalam praktek kehidupan sehari-hari. Seperti kenapa makan harus mengunyah minimal 30 kali, karena mereka mengerti untuk proses pencernaaan mekanik dan kimia perlu proses secara sempurna.
Demikian juga anak didik yang bermakna belajarnya, seperti dalam kegiatan praktikum atau percobaan juga penelitian, mereka melakukan  kegiatan yang mereka lakukan (hands-on activity), dimaknai tiap langkahnya kenapa harus begini, kenapa harus begitu, apa fungsi bahan ini, apa maksud langkah ini dsb. Jadi ada semacam self reflection dalam diri yang masuk dalam nalar dan pikirannya bukan sekedar "doing for seek doing" tetapi harus menjadi "Doing for understanding". Jadi kegiatan belajar yang bermakna harus terjadi keseimbangan dan keselaraasan antara aktivitas hands-on dibarengi dengan aktivitas dalam pikiran (minds-on).
Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar