Apakah masyarakat Indonesia sudah melek sains....?
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan disiplin ilmu yang memiliki peran yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan manusia, oleh karena itu sains diperlukan oleh seluruh masyarakat Indonesia (science for all) dalam membentuk masyarakat yang melek sains. Pembelajaran sains bertanggungjawab atas literasi sains peserta didik, karena itu kualitas pembelajaran sains perlu ditingkatkan agar dapat mencapai taraf pengembangan yang berkelanjutan (Liliasari,2011).
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan disiplin ilmu yang memiliki peran yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan manusia, oleh karena itu sains diperlukan oleh seluruh masyarakat Indonesia (science for all) dalam membentuk masyarakat yang melek sains. Pembelajaran sains bertanggungjawab atas literasi sains peserta didik, karena itu kualitas pembelajaran sains perlu ditingkatkan agar dapat mencapai taraf pengembangan yang berkelanjutan (Liliasari,2011).
Menurut
Echols dan Shadily (2000) dalam kamus bahasa Inggris , literacy artinya “melek huruf”, sedangkan istilah sains berasal
dari bahasa Inggris Science yang bearti ilmu pengetahuan, secara sederhananya literasi sains adalah
melek terhadap sains/ilmu pengetahuan, Ada tiga aspek pengetahuan sains yang
dipertanggungjawabkan para saintis, yaitu pemahaman, penjelasan, dan
pengaplikasian. Siswa yang “melek” sains tidak hanya dapat mengikuti prosedur
para saintis tapi juga dapat memahami, menjelaskan, dan mengaplikasikan
pengetahuan mereka (Chiappetta & Koballa ( dalam Chamberlain,2012)
Literasi
sains atau scientific literacy
menurut PISA Program for International Student Assessment) didefinisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan
dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu
membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia. Literasi sains ini sangatlah penting dimiliki oleh
setiap orang. Literasi sains ini menurut Wenning (2007) merupakan tujuan utama
dari pendidikan. Literasi sains dianggap
suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan bagi semua siswa. Begitu pentingya
literasi sains ini dimiliki oleh setiap orang, karena banyak manfaat yang dapat
diperoleh jika kita sudah ‘melek ’ sains, tetapi secara berturut-turut,
kemampuan literasi sains siswa Indonesia yang diikuti oleh siswa berusia 15
tahun, dari tahun ke tahun adalah pada tahun 2006 peringkat 50 dari 57 negara
peserta, dan tahun 2009 adalah peringkat
60 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata Indonesia dari tahun ke tahun
masih dibawah rata-rata skor internasional.
The National Science Education, mengungkapkan bahwa terdapat 6 elemen yang
mengindikasikan bahwa seseorang itu literate terhadap sains, yaitu paham
mengenai sains sebagai inkuiri, konten
sains, sains dan teknologi, sains dalam pandangan pribadi dan sosial, sejarah
dan dan dasar sains dalam menyatukan konsep dan prinsip. Jadi, Literasi sains adalah pengetahuan
ilmiah individu, dan penggunaan pengetahuan itu untuk mengidentifikasi
pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, dan
menuliskan kesimpulan berdasarkan bukti tentang isu yang berhubungan dengan
sains. PISA juga menilai pemahaman siswa terhadap karakteristik sains sebagai
pembentukan pengetahuan dan inkuiri manusia, kesadaran betapa pentingnya sains
dan teknologi menumbuhkembangkan fisik kita, intelektual dan lingkungan budaya
dan keinginan untuk ikut dalam isu-isu tentang sains dan dengan ide-ide sains
sebagai warganegara yang reflektif (OECD,2006). Kerangka literasi sains PISA
2006 terdiri dari empat aspek yang saling berkaitan, yaitu: konteks, kompetensi/proses, pengetahuan/konten, dan sikap.
Pak Kusnadi...miris ya mengetahui peringkat Indonesia di setiap PISA dari tahun ke tahun...mungkin karena siswa-siswi kita tidak dilatih untuk menghadapi soal-soal jenis PISA yang meliputi aspek konteks, kompetensi, konten dan sikap, karena pembelajaran di Indonesia mulai dari tingkat SD, SMP bahkan SMA tidak mendukung siswa untuk mengerjakan soal-soal PISA.
BalasHapusYa Bu Susi, sebenarnya kita bisa mmpelajari soal-soal PISA, namun yang penting menurut hemat saya, kita harus diperbaiki proses pembelajaran sains di kelas, tidak semata-mata transfer pengetahuan saja, tetapi bagaimana melibatkan siswa dalam kegiatan yang bermakna, sebagaimana IPA dipandang sebagai inkuiri.. Ibu bisa melihat contoh2 soal dari Tes PISA dan kita coba rancang model pembelajaran yang dapat mendekati dan siswa kita bisa menjawab soal PISA tersebut. Terima kasih ataas komentarnya. Mari kita memulai memperbaiki sistem pembelajaran sains di sekolah...
BalasHapus