Apa pengetahuan metakognitif itu..??
Apakah
metakognisi seorang siswa dapat menuntut keberhasilan dalam proses belajar nya..?
Dalam taksonomi pendidikan Bloom revisi (Anderson
& Krathwohl, 2001), menyatakan bahwa terdapat dua dimensi utama tujuan dan
kompetensi pendidikan yaitu jenis pengetahuan kognitif dan proses kognitif itu
sendiri. Jenis pengetahuan kognitif terdiri atas: 1) pengetahuan faktual, yaitu
pengetahuan tentang fakta-fakta, kejadian dan peristiwa yang terjadi, 2)
pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan suatu konsep,
pinsip, dan teori-teori tentang peristiwa atau kejadian yang terjadi, 3)
pengetahuan prosedural, yaitu
pengetahuan yang berhubungan dengan prosedur atau cara kerja suatu
operasi tertentu yang berhubungan dengan kejadian dan peristiwa, dan 4)
pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan tentang regulasi diri dan kesadaran
akan kemampuan diri sendiri.
Metakognisi merupakan istilah yang sering diperbincangkan dalam dunia pendidikan. Apa sebenarnya metakognisi itu? Metakognisi merupakan kognisi, yang terjadi dalam pikiran atau mental seseorang yang selalu digunakan dalam aktivitas yang kita lakukan sehari-hari. Metakognisi membantu kita menjadi pembelajar yang baik, karena berhubungan dengan intelegensi kita (Livingston, 1997).
Metakognisi merupakan istilah yang sering diperbincangkan dalam dunia pendidikan. Apa sebenarnya metakognisi itu? Metakognisi merupakan kognisi, yang terjadi dalam pikiran atau mental seseorang yang selalu digunakan dalam aktivitas yang kita lakukan sehari-hari. Metakognisi membantu kita menjadi pembelajar yang baik, karena berhubungan dengan intelegensi kita (Livingston, 1997).
Beberapa ahli pendidikan memberikan pengertian metakognisi
sebagai thinking about thinking, atau
berpikir tentang proses berpikir itu sendiri. Selanjutnya Livingston (1997)
menyatakan bahwa metakognisi merupakan proses berpikir tingkat tinggi yang
melibatkan kontrol aktif terhadap proses kognitif yang terlibat dalam
pembelajaran. Aktivitas seperti perencanaan bagaimana menyelesaikan tugas yang
diberikan, memonitor pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan penyelesaian
tugas yang diberikan, pada dasarnya adalah aktivitas metakognitif. Metakognisi
memainkan peran penting dalam pembelajaran, maka penting bagi kita untuk
mempelajari aktivitas metakognitif siswa dan perkembangannya untuk dapat
menentukan bagaimana siswa belajar, agar proses kognitifnya lebih baik.
Flavell (1979) sebagai pencetus istilah
metakognisi mengungkapkan bahwa metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif
(metacognitive knowledge) dan
pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive
experiences or regulation). Pengetahuan metakognitif merujuk pada
pengetahuan tentang proses-proses kognitif dan pengetahuan yang dapat dipakai
untuk mengontrol proses kognitif, sedangkan pengalaman metakognitif adalah
proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas
kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif. Pengetahuan metakognitif terbagi
dalam tiga variabel, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri (person), pengetahuan tugas kognitif (task), dan pengetahuan strategik (strategy) (Livingston, 1997).
Tacassu
Project (2008) memberikan pengertian kemampuan metakognitif sebagai
kemampuan belajar bagaimana
seharusnya belajar dilakukan, yang mencakup kemampuan sebagai berikut:
1)
Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.
2)
Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan
dengan kegiatan belajar.
3)
Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan,
dan ide-ide yang baru.
4) Mengidentifikasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari
sebagai sumber belajar.
5)
Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.
6) Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan
masalah kelompok.
7)
Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang
tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu.
8)
Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.
Jadi berdasarkan paparan di atas, pengethuan
metakognitif sangatlah penting dimiliki atau dikuasai oleh seorang pebelajar, agar ia dapat mengatur proses dan merencanakan
belajarnya hingga sukses. Hal ini harus terus dimonitor dengan membuat semacam
daftar inventori kesadaran metakognitif, sehingga siswa dapat mengevaluasi
sejauh mana kemampuan dan kesadaran metakognitifnya, secara kontinyu. Para guru
dapat menggunakan Metacognitive
Awareness Inventory dari Schraw & Dennison (1994) untuk mengetahui
kemampuan dan sejauh mana pengetahuan metakognitif peserta didiknya.
(Disarikan
dari Skripsi Rizky, 2014)
12Tembakikan
BalasHapusDaftar 12Tembakikan
Link Daftar Slot Joker123
Link Daftar Judi Tembak Ikan Joker123
Link Daftar Agen Judi Sbobet
Link Daftar Agen Judi Live Casino Online
Link Daftar Agen Judi Sabung Ayam Online