Apakah literasi sains ...??
Sains atau IPA
merupakan kajian tentang alam berdasarkan pengamatan ilmiah yang disusun
secara sistematik, logis dan berdsarkan empiris.Sains mencakup proses dan
produk. Pemahaman sains dari sebagian besar masyarakat kita masih belum
utuh. Sehingga diperlukan suatu pola bagaimana upaya membangun pemahaman
sains yang benar. Dewasa ini munculah istilah literasi sains, yang
bertujuan bagaimana masyarakat dapat memahami sains dengan utuh dan benar.
Literasi sains diartikan sebagai kemampuan menggunakan
pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan
berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
aktivitas manusia (PISA, 2006). Literasi sains penting untuk dikuasai oleh
siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup,
kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat
modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan
ilmu pengetahuan (Yusuf, 2003).
Secara harfiah literasi berasal dari
kata literacy yang berarti melek huruf/gerakan
pemberantasan buta huruf (Echols dan Shadily, 1990). Sedangkan istilah sains
berasal dari bahasa Inggris yaitu science
yang berarti ilmu pengetahuan.Dalam arti sempit, sains adalah disiplin ilmu
yang terdiri dari physical science
(ilmu fisik) dan life science (ilmu
biologi). Menurut Depdiknas (dalam Mahyuddin, 2007) sains berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Istilah
literasi sains telah digunakan selama lebih dari empat dekade (Gallagher &
Harsch, 1997 dalam Holbrook, 2009), meskipun tidak selalu dalam pengertian yang
sama. Paul de Hard Hurd dari Stamford University adalah orang yang pertama kali
menggunakan istilah “Scientific Literacy”
yang menyatakan bahwa literasi sains berarti memahami sains dan aplikasinya
bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains menurut OECD dan PISA diartikan
sebagai “the capacity to use scientific
knowledge, to identify questions and to daraw evidence-based conclusion in
order to understand and help make decision about the natural world ant the
changes made to it through human activity”. Literasi sains di sini
diartikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.
National Science Education Standards
(1995) mendefinisikan literasi sains sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang
untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut
terlibat dalam hal kenegaraan, budaya, dan pertumbuhan ekonomi. (Hazen (2002
dalam Carolyn, 2007) membuat sebuah perbedaan antara kemampuan untuk melakukan
sains dan kemampuan untuk menggunakan sains. Beliau mengemukakan bahwa literasi
sains, secara sederhana merupakan perpaduan konsep, sejarah, dan filosofi yang
membantu Anda memahami isu-isu ilmiah di kehidupan kita.
PengEtahuan yang biasanya dihubungkan
dengan literasi sains adalah:
1)
Memahami ilmu pengetahuan alam, norma, dan metode sains
dan pengetahuan ilmiah.
2)
Memahami kunci konsep ilmiah.
3)
Memahami bagaimana sains dan teknologi bekerja
bersama-sama.
4)
Menghargai dan memahami pengaruh sains dan teknologi
dalam masyarakat.
5)
Hubungan kompetensi-kompetensi dalam konteks sains,
kemampuan membaca, menulisa, dan memahami sistem pengetahuan manusia.
6)
Mengaplikasikan beberapa pengetahuan ilmiah dan
kemampuan mempertimbangkan dalam kehidupan sehari-hari (Thomas dan Durant dalam
Shwartz, 2005).
Literasi
sains dianggap penting untuk dimiliki generasi muda di jaman yang semakin
berkembang ini. Dengan alasan kita hidup dalammengandalkan peningkatan
teknologi dan pengetahuan imliah yang membuat segalanya bisa menjadi mungkin.
Kita hidup dalam sebuah negara dengan kekayaan, tetapi tidak ada habisnya dalam
menyediakan sumber alam. Kita hidup di dunia dengan populasi yang tumbuh dengan
cepat. National Science Teacher
Association (1971) mengemukakan bahwa seseorang yang literat sains adalah
orang yang menggunakan konsep sains, keterampilan proses, dan nilai dalam
membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain atau
dengan lingkungannya, dan memahami interelasi antara sains, teknologi dan
masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.
Hasil Studi PISA tahun 2009
menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh berbeda
dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada
pada peringkat ke-57 dari 65 negara peserta
dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar
dari PISA (OECD, PISA 2009 ). Rendahnya rata-rata literasi sains siswa Indonesia
tersebut dapat menjadi salah satu gambaran bahwa pembelajaran sains di
Indonesia masih membutuhkan perbaikan yang cukup berarti. Menurut Toharudin
(2011 dalam Zaky, 2013) di Indoneisa para pengajar sains nampaknya belum
sepenuhnya memahami dengan baik tentang pembelajaran yang mengarah pada
pembentukan literasi sains. Hastia (2012) juga menyatakan bahwa kurangnya
pemahaman guru sains terhadap pembentukan literasi sains siswa dapat terlihat
dari proses pembelajaran sains yang umumnya masih bersifat konvensional dan
bertumpu pada penguasaan kenseptual peserta didik.
Selain itu, rendahnya literasi sains
siswa Indonesia mengindikasikan rendahnya kualitas siswa Indonesia, terutama
dalam memecahkan masalah-masalah secara ilmiah dalam situasi nyata
dalam memecahkan perasalahan lingkungan (Herdiani, 2013). Selama ini,
hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan menghafal fakta, konsep,
teori atau hukum (Aziz, 2009). Seperti halnya yang dilakukan oleh sebagian
besar siswa dalam belajar biologi.
(disarikan dari Skripsi: Inayatul,
2014)